Jumat, 27 Mei 2022

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Sebuah Sintesis dan Rancangan Tindakan

 

Oleh : Ediyati Tri Setyoningsih

CGP Angkatan 4 Kabupaten Sragen

 

Pendahuluan

 “Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”
(dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20)

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya, disini Nilai dan Peran Guru (penggerak) harus diimplementasikan yang berpihak pada murid. Selanjutnya membuat visi guru untuk merdeka belajar murid. Dan mampu membuat rencana manajemen perubahan yang menerapkan paradigma dan model inkuiri apresiatif untuk prakarsa perubahan yang dibutuhkan sekolah dalam menumbuhkan anak agar dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Sehubungan dengan hal tersebut menjadi seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya harus lebih berorientasi pada Asset Based Thingking (focus pada asset dan kekuatan), dimana mampu memetakan strategi dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, mengelola untuk menjalankan program sekolah, dan menggunakan sumber daya tersebut secara tepat, efektif, dan efisien agar dapat meningkatkan kualitas belajar serta menunjang keberhasilan tujuan pendidikan, yang berpihak pada murid dan memenuhi kebutuhan belajarnya.

 

 Sintesis

            Sekolah sebagai suatu ekosistem pendidikan memiliki interaksi antara Faktor Biotik dan faktor Abiotik.  Faktor --faktor yang termasuk dalam kelompok Biotik adalah: Murid, Guru, Kepala sekolah, pengawas dan komite sekolah. Faktor-faktor dalam kelompok Abiotik adalah : Sarana Prasarana dan keuangan. Dimana unsur-unsur tersebut saling berinteraksi, saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya untuk menciptakan suatu hubungan yang selaras dan harmonis.

Seorang pemimpin harus mampu mengelola salah satu aset yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia baik guru maupun murid. Seorang Pemimpin harus bisa mendorong para guru melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya.

Sebagai guru penggerak yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam kesehariannya (baik di kelas maupun di sekolah) yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Dengan diterapkan nilai-nilai ini maka sekolah akan dapat mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila.

Seorang pemimpin haruslah bisa menyusun Visi dan misi yang berpihak pada murid sebagai Aset manusia yang ada disekolah. Seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan menjadikan sekolah berbasis sumber daya yang mampu menggerakkan seluruh warga sekolah untuk melakukan perubahan yang akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran dan menjadikan Budaya Positif sekolah.

 

Sebagai pemimpin dalam pembelajaran (kurikulum), guru harus mampu mengembangkan modul Pembelajaran berdiferensiasi, mengelola sumber daya sesuai minat dan bakat dari murid sehingga menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan berdampak pada murid. Pun halnya dalam Pembelajaran social emosional,  melihat potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial emosional murid.

Sehubungan dengan itu, secara lebih detail dalam menggali potensi sekaligus melejitkan potensi murid agar dapat berkembang dengan maksimal, dibutuhkan keterampilan coaching sebagai bentuk pendekatan komunikasi sebagai seorang pendidik. Baik dengan komunikasi asertif, dengan sistem Among – ARTI, dan dengan pendekatan model TIRTA.

            Selanjutnya, keterkaitan (setelah pembelajaran tersebut) yaitu pengambilan keputusan dalam pemimpin pembelajaran. Dari sini mampu mengubah pola pikir guru dalam pengambilan keputusan antara dilema etika atau bujukan moral, yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya Keputusan yang diambil memperhatikan dan berpihak pada murid, dan kebutuhan murid, yang mana guru sebagai teladan, motivator, serta memberikan dukungan kepada muridnya, selain itu guru harus menerapkan konsep-konsep pengambilan keputusan yang tepat – efektif – bertanggungjawab, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.

 

Kesimpulan

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya/ 7 aset utama (modal manusia, sosial, fisik, alam/ lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya) daerah/ sekolahnya dengan pendekatan berbasis aset (Asset Based Thinking), selanjutnya memanfaatakan dan memberdayakan asset-aset tersebut secara tepat, efektif, dan efisien untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, untuk kualitas pendidikan.

 Pengelolaan sumber daya yang tepat akan memaksimalkan peran dan fungsi dari setiap sumber daya sehingga proses pembelajaran murid lebih bervariasi, berdiferensiasi, serta mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumberdaya sehingga proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Pengelolaan sumber daya berbasis asset berfokus pada kekuatan atau potensi murid, sehingga respon murid lebih kreatif. Jika hal ini dilakukan secara berkelanjutan dan terukur tentu akan membawa perubahan dan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih bermakna.

Dari beberapa sumber daya yang ada di sekolah tersebut tentu memiliki kontribusi dan hubungan dalam membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas apabila sumber daya dikelola secara tepat. Misalnya:

Contoh (modal manusia) : Guru yang  mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid akan mendorong tumbuhkembang murid untuk menggali potensi dirinya

Contoh (modal fisik) : ruang kelas yang memadai, kondisi baik akan menunjang pembelajaran murid menjadi lebih efektif

Contoh (Modal Alam/lingkungan) : lingkungan/taman yang rindang, yang asri dapat membuat murid merasa nyaman belajar di luar kelas dan juga sekolah yang memiliki alam yang indah bisa menjadi media belajar murid.

Contoh (Modal Politik) : keterlibatan aktif guru dalam organisasi profesi seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran membantu meningkatkan kompetensi guru yang berimbas pada perubahan kualitas belajar murid

Contoh (Modal Finansial) : dana BOS yang tersedia, dikelola dengan skala prioritas, akuntabilitas, transparan dan tepat dapat memenuhi kebutuhan dan kulitas pembelajaran.

Relasi baik dengan lembaga kursus dan lembaga lain di sekitar sekolah dapat menjadi sumber belajar murid adalah contoh modal sosial.

 Untuk dapat mengimplementasikan bagaimana pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya baik dikelas, sekolah dan masyarakat sekitar adalah dengan cara mengkomunikasikan yang telah dipelajari, apa yang pernah dilakukan, kepada kepala sekolah dan rekan sejawat. Melakukan pemetaan aset utama yang dimiliki sekolah, kemudian mengimplementasikannya di sekolah, mengelola sumberdaya menggunakan pendekatan berbasis aset saat melakukan perencanaan kegiatan di sekolah. Bersinergi bersama-sama mengidentifikasi, berkolaborasi dengan pihak terkait di sekolah untuk meminta umpan balik dari pemetaan berbasis aset. Dan mengadakan evaluasi, merefleksikan apa yang telah dilakukan.

Selanjutnya, Cara Mengelola asset tersebut yaitu Fokus pada asset/kekuatan, membayangkan masa depan, berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan), dan merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan serta melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.

 

Penutup

            Sebelum pembelajaran modul 3.2 tentang Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya ini, tidak pernah memikirkan sumber daya/aset/modal yang dimiliki sekolah. Awal mulanya sering melakukan pemetaan tentang kelemahan yang dimiliki sekolah, kemudian memecahkan masalah. Jadi lebih kepada Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) yang akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Jika mulanya yang terpikir di kepala bahwa yang dinamakan asset itu adalah segala hal yang nampak dan berbentuk (fisik), ternyata lebih dari itu, ada asset lain yang tidak berbentuk secara tampilan fisiknya, namun memiliki daya dukung dalam menggerakkan sekolah untuk bergerak ke arah lebih maju, yaitu seperti asset agama dan budaya, politik, dan sosial. Karena mindset saat itu sebagai seorang guru (kurikulum, assesmen, dsb) namun setelah mempelajari modul ini saya sangat senang banyak ilmu dan pengalaman baru yang bisa didapatkan baik secara mandiri maupun forum diskusi sesama rekan sejawat.

Seorang pemimpin pembelajaran harus berpikir kritis, terbuka, dan kreatif dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah dengan begitu diharapkan membawa dampak yang signifikan terhadap transformasi pendidikan baik dari aspek modal manusia, modal fisik, modal sosial, modal finansial, modal politik, modal alam/lingkungan, dan modal agama serta budaya.

 

Rancangan Tindakan

 

PRAKARSA PERUBAHAN

Membuat suasana kelas yang kondusif dan  menyenangkan

TAHAPAN

Pertanyaan

Daftar tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban

B-uat pertanyaan (Define)

       Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/ peluang;

       Menggalang atau membangun koalisi tim perubahan

Bagaimana membuat suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan  ?

 

Apa indicator, parameter suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan ?

 

Apa yang harus dilakukan untuk membuat dan menjaga kelangsungan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan ?

Mencari informasi peraturan, literature mengenai suasana  pembelajaran dikelas yang kondusif dan menyenangkan.

 

Berdiskusi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, apa dan bagaimana Suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan itu.

A-mbil pelajaran (Discover)

       Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/ peluang lewat investigasi;

       Menentukan bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsur

- Hal apa saja yang dibutuhkan untuk membuat suasana kelas kondusif dan menyenangkan ?

- Apakah pernah ada kelas disekolah yang suasana kelas kondusif dan menyenangkan sebelumnya ?

- Ketrampilan atau modal apa yang sudah saya miliki dan bisa membantu  untuk  mewujudkan suasana kelas kondusif dan menyenangkan ?

Melakukan survey pendapat,  kepada murid tentang suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan.

 

Mencari contoh, dan perbandingan tentang suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan seperti apa, dengan korespondensi, secara mandiri / kolaborasi

G-ali mimpi (Dream)

       Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud;

       Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja).

Apakah hal-hal atau kegiatan, dan kebiasaan-kebiasaan baru yang saya bayangkan terjadi –

- jika suasana kelas kondusif dan menyenangkan
telah terealisasi ?
 

Membayangkan, menggambarkan dan menvisualisasikan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan (pilihan ideal)

 

Membuat daftar sikap, tindakan dan kegiatan yang akan saya lakukan secara berkelanjutan.

 

Membuat gambaran sikap dan respon murid terhadap suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan tetap terjaga.

 

J-abarkan rencana (Design)

         Mengidentifikasi tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan memudahkan keseluruhan pencapaian;

        Menyusun definisi kesuksesan pencapaian

Apa langkah / hal pertama dilakukan untuk membuat suasana kelas kondusif dan menyenangkan ?

 

Apa tindakan kreatif / terobosan untuk mendukung langkah tersebut diatas ?

Pemetaan hasil survey

 

Pemrosesan data hasil interview, wawancara, diskusi.

 

melakukan diskusi, dialog/penjajakan lagi

bersama KS dan rekan sejawat mengenai

program/kegiatan penguatan.

misal: kebijakan mengenai

pembelajaran dikelas yang mendukung, menguatkan.

A-tur eksekusi (Deliver)

       Menentukan siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan;

       Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: SOP, knowledge management, monev/refleksi)

Kapan Mengerjakan, Menjalankan daftar tindakan berdasarkan data ?

 

Siapa yang monitoring, mengarahkan, dan memantau saya dalam membuat suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan.

Membagikan hasil dan membuat rencana jangka panjang shg hasilnya tahan lama.

 

Mengajak rekan sejawat untuk membantu memonitoring, dan mohon kepada kepala sekolah untuk membantu mengobservasi kelas.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar