3.2.a.9. Koneksi Antar Materi
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Sebuah Sintesis dan Rancangan Tindakan
Oleh : Ediyati Tri Setyoningsih
CGP Angkatan 4 Kabupaten Sragen
Pendahuluan
“Adapun
maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”
(dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1
pendidikan halaman 20)
Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai
‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya, disini Nilai dan Peran Guru (penggerak) harus
diimplementasikan yang berpihak pada murid. Selanjutnya membuat visi guru untuk
merdeka belajar murid. Dan mampu membuat rencana manajemen perubahan yang
menerapkan paradigma dan model inkuiri apresiatif untuk prakarsa
perubahan yang dibutuhkan sekolah dalam menumbuhkan anak agar dapat menemukan
kemerdekaannya dalam belajar. Sehubungan dengan hal tersebut menjadi seorang
pemimpin dalam pengelolaan sumber daya harus lebih berorientasi pada Asset Based Thingking (focus pada asset
dan kekuatan), dimana mampu memetakan
strategi dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, mengelola untuk menjalankan
program sekolah, dan menggunakan sumber daya tersebut secara tepat, efektif,
dan efisien agar dapat meningkatkan kualitas belajar serta menunjang
keberhasilan tujuan pendidikan, yang berpihak pada murid dan memenuhi kebutuhan
belajarnya.
Sintesis
Sekolah sebagai suatu
ekosistem pendidikan memiliki interaksi antara Faktor Biotik dan faktor
Abiotik. Faktor --faktor yang termasuk dalam kelompok Biotik adalah:
Murid, Guru, Kepala sekolah, pengawas dan komite sekolah. Faktor-faktor dalam
kelompok Abiotik adalah : Sarana Prasarana dan keuangan. Dimana unsur-unsur
tersebut saling berinteraksi, saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan
aktif satu sama lainnya untuk menciptakan suatu hubungan yang selaras dan
harmonis.
Seorang pemimpin harus mampu mengelola salah satu
aset yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia baik guru maupun murid. Seorang
Pemimpin harus bisa mendorong para guru melaksanakan pembelajaran yang berpihak
kepada murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya.
Sebagai guru penggerak yang berperan sebagai
pemimpin pembelajaran harus bisa menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam
kesehariannya (baik di kelas maupun di sekolah) yaitu mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Dengan diterapkan nilai-nilai
ini maka sekolah akan dapat mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar
Pancasila.
Seorang pemimpin haruslah bisa menyusun Visi dan
misi yang berpihak pada murid sebagai Aset manusia yang ada disekolah. Seorang
pemimpin akan dapat melakukan perubahan menjadikan sekolah berbasis sumber daya
yang mampu menggerakkan seluruh warga sekolah untuk melakukan perubahan yang
akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran dan menjadikan Budaya
Positif sekolah.
Sebagai pemimpin dalam pembelajaran (kurikulum),
guru harus mampu mengembangkan modul Pembelajaran berdiferensiasi, mengelola
sumber daya sesuai minat dan bakat dari murid sehingga menghasilkan
pembelajaran yang berkualitas dan berdampak pada murid. Pun halnya dalam Pembelajaran
social emosional, melihat potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh
siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial
emosional murid.
Sehubungan dengan itu, secara lebih detail dalam
menggali potensi sekaligus melejitkan potensi murid agar dapat berkembang
dengan maksimal, dibutuhkan keterampilan coaching sebagai bentuk pendekatan
komunikasi sebagai seorang pendidik. Baik dengan komunikasi asertif, dengan
sistem Among – ARTI, dan dengan pendekatan model TIRTA.
Selanjutnya,
keterkaitan (setelah pembelajaran tersebut) yaitu pengambilan keputusan dalam
pemimpin pembelajaran. Dari sini mampu mengubah pola pikir guru dalam
pengambilan keputusan antara dilema etika atau bujukan moral, yang didasarkan
pada nilai-nilai kebajikan universal. Sebagai pemimpin pembelajaran sudah
sepatutnya Keputusan yang diambil memperhatikan dan berpihak pada murid, dan
kebutuhan murid, yang mana guru sebagai teladan, motivator, serta memberikan
dukungan kepada muridnya, selain itu guru harus menerapkan konsep-konsep
pengambilan keputusan yang tepat – efektif – bertanggungjawab, dengan menerapkan
4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.
Kesimpulan
Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber
Daya adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali,
menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya/ 7 aset utama (modal manusia,
sosial, fisik, alam/ lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya) daerah/
sekolahnya dengan pendekatan berbasis aset (Asset Based Thinking), selanjutnya
memanfaatakan dan memberdayakan asset-aset tersebut secara tepat, efektif, dan
efisien untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid,
untuk kualitas pendidikan.
Dari beberapa sumber daya yang ada di sekolah tersebut tentu memiliki
kontribusi dan hubungan dalam membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih
berkualitas apabila sumber daya dikelola secara tepat. Misalnya:
Contoh (modal manusia) : Guru yang mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid akan mendorong tumbuhkembang
murid untuk menggali potensi dirinya
Contoh (modal fisik) : ruang kelas yang memadai, kondisi baik akan
menunjang pembelajaran murid menjadi lebih efektif
Contoh (Modal Alam/lingkungan) : lingkungan/taman yang rindang, yang
asri dapat membuat murid merasa nyaman belajar di luar kelas dan juga sekolah
yang memiliki alam yang indah bisa menjadi media belajar murid.
Contoh (Modal Politik) : keterlibatan aktif guru dalam organisasi
profesi seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran membantu meningkatkan kompetensi
guru yang berimbas pada perubahan kualitas belajar murid
Contoh (Modal Finansial) : dana BOS yang tersedia, dikelola dengan
skala prioritas, akuntabilitas, transparan dan tepat dapat memenuhi kebutuhan
dan kulitas pembelajaran.
Relasi baik dengan lembaga kursus dan lembaga lain di sekitar sekolah
dapat menjadi sumber belajar murid adalah contoh modal sosial.
Selanjutnya, Cara Mengelola asset tersebut yaitu Fokus
pada asset/kekuatan, membayangkan masa depan, berpikir tentang kesuksesan yang
telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, mengorganisasikan
kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan), dan merancang sebuah rencana berdasarkan
visi dan kekuatan serta melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.
Penutup
Sebelum pembelajaran modul
3.2 tentang Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya ini, tidak pernah memikirkan
sumber daya/aset/modal yang dimiliki sekolah. Awal mulanya sering melakukan
pemetaan tentang kelemahan yang dimiliki sekolah, kemudian memecahkan masalah.
Jadi lebih kepada Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based
Thinking) yang akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa
yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan
cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang
menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara
tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan
curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang
yang ada di sekitar.
Jika mulanya yang terpikir di kepala bahwa yang
dinamakan asset itu adalah segala hal yang nampak dan berbentuk (fisik),
ternyata lebih dari itu, ada asset lain yang tidak berbentuk secara tampilan
fisiknya, namun memiliki daya dukung dalam menggerakkan sekolah untuk bergerak
ke arah lebih maju, yaitu seperti asset agama dan budaya, politik, dan sosial.
Karena mindset saat itu sebagai seorang guru (kurikulum, assesmen, dsb) namun
setelah mempelajari modul ini saya sangat senang banyak ilmu dan pengalaman
baru yang bisa didapatkan baik secara mandiri maupun forum diskusi sesama rekan
sejawat.
Seorang pemimpin pembelajaran harus berpikir
kritis, terbuka, dan kreatif dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah
dengan begitu diharapkan membawa dampak yang signifikan terhadap transformasi
pendidikan baik dari aspek modal manusia, modal fisik, modal sosial, modal
finansial, modal politik, modal alam/lingkungan, dan modal agama serta budaya.
Rancangan Tindakan
|
PRAKARSA PERUBAHAN |
Membuat
suasana kelas yang kondusif dan
menyenangkan |
|
|
TAHAPAN |
Pertanyaan |
Daftar tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk
mendapatkan jawaban |
|
B-uat pertanyaan (Define) ●
Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi
kekuatan/potensi/ peluang; ●
Menggalang atau membangun koalisi tim perubahan |
Bagaimana
membuat suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan ? Apa
indicator, parameter suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan ? Apa
yang harus dilakukan untuk membuat dan menjaga kelangsungan suasana kelas
yang kondusif dan menyenangkan ? |
Mencari
informasi peraturan, literature mengenai suasana pembelajaran dikelas yang kondusif dan
menyenangkan. Berdiskusi
dengan kepala sekolah, rekan sejawat, apa dan bagaimana Suasana kelas yang
kondusif dan menyenangkan itu. |
|
A-mbil pelajaran (Discover) ●
Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali
kekuatan/potensi/ peluang lewat investigasi; ●
Menentukan bagaimana cara kita menggali fakta,
memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsur |
-
Hal apa saja yang dibutuhkan untuk membuat suasana kelas kondusif dan
menyenangkan ? -
Apakah pernah ada kelas disekolah yang suasana kelas kondusif dan
menyenangkan sebelumnya ? -
Ketrampilan atau modal apa yang sudah saya miliki dan bisa membantu untuk mewujudkan suasana
kelas kondusif dan menyenangkan ? |
Melakukan survey
pendapat, kepada murid tentang suasana
kelas yang kondusif dan menyenangkan. Mencari contoh, dan
perbandingan tentang suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan seperti
apa, dengan korespondensi, secara mandiri / kolaborasi |
|
G-ali mimpi
(Dream) ●
Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif
terwujud; ●
Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama,
multiunsur (kapan, di mana, siapa saja). |
Apakah hal-hal atau kegiatan, dan kebiasaan-kebiasaan
baru yang saya
bayangkan terjadi – - jika suasana kelas
kondusif dan menyenangkan |
Membayangkan,
menggambarkan dan menvisualisasikan suasana kelas yang kondusif dan
menyenangkan (pilihan ideal) Membuat
daftar sikap, tindakan dan kegiatan yang akan saya lakukan secara
berkelanjutan. Membuat gambaran sikap dan respon
murid terhadap suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan tetap terjaga. |
|
J-abarkan rencana (Design) ●
Mengidentifikasi
tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil
sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan
memudahkan keseluruhan pencapaian; ●
Menyusun definisi
kesuksesan pencapaian |
Apa
langkah / hal pertama dilakukan untuk membuat suasana kelas kondusif dan
menyenangkan ? Apa
tindakan kreatif / terobosan untuk mendukung langkah tersebut diatas ? |
Pemetaan
hasil survey Pemrosesan
data hasil interview, wawancara, diskusi. melakukan
diskusi, dialog/penjajakan lagi bersama
KS dan rekan sejawat mengenai program/kegiatan
penguatan. misal:
kebijakan mengenai pembelajaran
dikelas yang mendukung, menguatkan. |
|
A-tur eksekusi (Deliver) ●
Menentukan siapa yang berperan/ dilibatkan dalam
pengambilan keputusan; ●
Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas
(misal: SOP, knowledge management, monev/refleksi) |
Kapan
Mengerjakan, Menjalankan daftar tindakan berdasarkan data ? Siapa
yang monitoring, mengarahkan, dan memantau saya dalam membuat suasana kelas
yang kondusif dan menyenangkan. |
Membagikan
hasil dan membuat rencana jangka panjang shg hasilnya tahan lama. Mengajak
rekan sejawat untuk membantu memonitoring, dan mohon kepada kepala sekolah
untuk membantu mengobservasi kelas. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar