Sabtu, 14 Mei 2022

 

3.1.a.10.2 Jurnal Refleksi Minggu Ke-18

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Model refleksi 5M

 1.      Mendeskripsikan (​Reporting​): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi

Sungguh sebuah pengalaman baru dan ilmu baru minggu ini yang saya peroleh.

Luar biasa, pembelajaran modul ini.

Sesi pembelajaran (3.1.a.6)  refleksi terbimbing, hari Senin tanggal 18 April 2022. Dilanjutkan pembelajaran 3.1.a.7  demonstrasi kontekstual, pada hari Selasa - Rabu tanggal 19 – 20 April 2022 dengan fasilitator Bapak KHP, yang juga diikuti Pengajar Praktik, Ibu Pancarini. Selanjutnya pembelajaran modul 3.1.a.8  elaborasi pemahaman, bersama instruktur Bapak Sigit Kurniawan.

Refleksi terbimbing, CGP menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Intinya hal ini mengulik kembali pelajaran yang telah lalu. Merenungkan kembali apa saja yang sudah didapatkan dari sesi mulai dari diri hingga bersama fasilitator, termasuk bagaimana dampak yang didapat, serta seberapa penting mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan yang etis dan bijaksana. Tahapan demonstrasi kontekstual saya membuat jurnal monolog. Jurnal ini dapat berupa tulisan naratif  maupun sebuah video atau audio yang direkam sendiri. Isi atau konten diberi jatah durasi 3-5 menit, sesuai pertanyaan panduan yang telah disediakan.

Sebagai panduan ada empat pertanyaan yang membingkai karya demonstrasi kontekstual ini, Pertanyaan tentang komitmen berbagi, menyusun rencana, melaksanakan, termasuk yang akan mendampingi kegiatan sosialisasi kegiatan guru penggerak pada tahap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Disini saya menulis dan selanjutnya saya kemukakan dalam bentuk video.

Pada hari kamis  tanggal 21 April 2022  belajar bersama instruktur. Tahap ini memantapkan pemahaman yang saya peroleh sebelumnya. Selama lebih kurang satu jam setengah kami bersama rekan CGP lintas wilayah berkumpul dalam gmeet. Semakin saya memahami perbedaan dilema etika dan bujukan moral dengan menggunakan uji instrumen yang disediakan yaitu 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Pada sembilan langkah ini terkandung, nilai-nilai kebajikan yang universal, 4 paradigma pengambilan keputusan, serta 3 prinsip dalam pengambilan keputusan.

Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu: mengenali tentang nilai-nilai yang bertentangan pada kasus yang dihadapi, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, melakukan pengujian benar salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/idola). Berhenti dahulu pada tahap ini sambil mindfulness (kesadaran penuh).

Pengujian tahap ini perlu diperhatikan, jika sudah tidak lolos berbagai uji di sini maka dapat disimpulkan sebagai bujukan moral. Pengujian lebih lanjut tidak perlu dilakukan.

namun jika lolos uji pada tahap keempat, masalah atau kasus tersebut merupakan dilema etika. Maka perlu pengujian paradigma benar lawan benar menggunakan empat paradigma (individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan, jangka pendek vs jangka panjang), melakukan prinsip resolusi menggunakan tiga prinsip dalam pengambilan keputusan (berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, berpikir berbasis rasa peduli), Melakukan investigasi opsi trilema ( yang muncul menawarkan ide kreatif solusi masalah yang sedang dihadapi), membuat keputusan, serta merefleksikan keputusan yang sudah diambil.

 

2.      Merespon (​Responding​): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi

peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun

tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.

Saya merasa tertantang karena materi ini adalah materi baru bagi saya. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan, tak jarang saya membuka kembali modul, bahan ajar.

Saya bersemangat dalam pembelajaran, saya  bisa berbagi pengalaman dan menemukan inspirasi dari pengalaman rekan lain, baik sesame CGP, Fasilitator, dan Instruktur  ketika menyimak pendapat-pendapat saat berdiskusi.

Saya selalu berusaha menyelesaikan setiap tugas dengan baik dan berusaha tepat waktu

 

3.      Mengaitkan (​Relating​): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan,

keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.

Pengambilan keputusan sangat berkaitan erat dengan keseharian menjadi guru maupun orang tua di rumah. Tentu untuk dapat berperan sebagai pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, memerlukan perubahan paradgima terhadap murid itu sendiri, melatih menjadi coach, melatih diri mengelola emosi, serta menempatakan diri sebagai teman maupun manajer sebagai posisi kontrol, serta memiliki visi dan misi yang jelas. Modul ini, sangat erat dengan modul-modul sebelumnya. Dalam mengambil solusi atas permasalahan, guru hendaknya bertindak sebagai manajer yang menyadarkan murid atas kesalahannya, menguatkan keyakinan murid, dan mengarahkan untuk memperbaiki diri. Pengambilan keputusan yang tepat berpedoman pada: berpihak pada murid, meningkatkan mutu pembelajaran, serta dapat dipertanggung jawabkan. 

Oleh karena itu, ada instrumen yang perlu dipegang dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu Empat paradigm dilemma etika, tiga prinsip dilemma etika, dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 

Inilah yang akan menuntun kita mengambil keputusan yang tepat efektif,  etis dan bijaksana, tidak terjebak oleh bujukan moral.

 

4.      Menganalisis (​Reasoning​): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat

terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.

Pengambilan keputusan di sekolah selama ini, ada yang bertentangan dengan hati nurani atau nilai-nilai kebajikan universal. Misalnya ketika ada murid yang tidak layak naik kelas, tetapi harus naik, begitupun kelulusan. Ketika menghadapi murid yang bermasalah, terkadang posisi guru menjadi dilema yang terkadang merusak hubungan personal sesama guru maupun kepala sekolah. Namun, setelah mempelajari modul ini, dimana dikembalikan kepada nilai-nilai kebajikan yang universal, 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah, membuka ruang hati agar lebih bijaksana demi keberhasilan murid. Sebuah kecardasan yang harus dimilki guru selain kecerdasan emosional dan spiritual adalah kecerdasan mengatasi masalah (Adversity Quotion). Kita akan memiliki daya lenting yang kuat dalam menghadapi masalah yang tidak terduga. 

Kecerdasan ini tergantung dengan respon pertama yang diberikan terhadap masalah yang datang. Jika menempatkannya sebagai tantangan, maka segenap jiwa akan menakhlukkannya, begitupun sebaliknya.

 

5.      Merancang ulang (​Reconstructing​): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi

kejadian serupa di masa mendatang.

Untuk menghadapi kegiatan pembelajaran selanjutnya, saya berkeyakinan bahwa saya mampu melakukannya. Pengalaman belajar selama ini telah membekali diri saya dengan kemampuan belajar mandiri, berpikir kritis, kreativitas menemukan solusi permasalahan, mampu berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas, dan komunikatif dalam menyampaikan ide/gagasan, serta berani mengambil resiko. 

Di kelas, saya akan menyelesaikan masalah dengan percaya diri menggunakan uji instrumen 9 langkah pengambilan keputusan. Apabila memukan murid bermasalah, saya bisa mengambil keputusan jika merupakan sebuah dilema etika dan tidak terperangkap pada bujukan moral.

 

Semoga bermanfaat. Salam dan Bahagia

 

Jurnal Refleksi Minggu Ke-16

 

Agenda Kegiatan

1.      Senin, 4 April 2022 Koneksi Antar Materi

2.      Selasa, 5 April 2022 Aksi Nyata

3.      Rabu, 6 April 2022 Tes Akhir Modul 2

4.      Kamis, 7 April 2022 Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

5.      Jum’at, 8 April 2022 Eksplorasi Konsep Mandiri Modul 3.1

6.      Sabtu, 9 April 2022 Menulis Jurnal Refleksi Minggu

 

Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL)

-
Description​:

 

Ketika hari Kamis (24 Maret 2022) pertama kali saya latihan coaching di ruang kolaborasi dengan bimbingan instruktur dan dilanjutkan praktik coaching sesama rekan CGP hari Jum’at (25 Maret 2022) yang juga diikuti pengajar praktik saya, sungguh suatu pengalaman berharga, dan menyenangkan (bahagia) tersendiri buat saya. Mengapa, karena diruang kolaborasi inilah saya menyadari bahwa pendampingan-coaching (yang berpusat dan untuk kebutuhan murid) tidak sesederhana yang saya bayangkan yaitu hanya membantu memberikan solusi atau nasehat kepada permasalahan murid, ternyata lebih luas lagi dan itu perlu pemahaman, ketrampilan yang terus diasah, baik pendampingan dengan model-pendekatan sistem Among ARTI, Komunikasi yang memberdayakan (empat aspek berkomunikasi yaitu Komunikasi asertif,  Pendengar aktif, Bertanya efektif, Umpan balik positif, dan 4 unsur utama yang mendasarinya yaitu Hubungan saling mempercayai, Menggunakan data yang benar, Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi, dan Rencana tindak lanjut atau aksi), komunikasi pendampingan dengan model TIRTA ataupun kolaborasi dari ketiga model komunikasi diatas.

 

- Examination​:

 

Dari diskripsi pengalaman diatas, satu hal bahwa kegiatan coaching (guru dengan murid, ataupun dengan sesama rekan sejawat) bisa jadi guru/pendidik berperan sebagai coach, mentor dan konselor. Terhadap tujuan atau rencana yang telah saya buat yaitu : pertama  menularkan ilmu coaching sebagai keterampilan dasar seorang pendidik yang menerapkan pendekatan coaching; kedua Mampu mengembangkan modul coaching di sekolah; dan ketiga berusaha membuka Praktik Coaching dalam komunitas sekolah maka saya sebagai guru sekaligus seorang Coach harus mampu mengembangkan sikap terbuka, kritis, empati dan saling percaya dalam melakukan praktik coaching.


- Articulation of Learning

Coaching sebagai salah satu bentuk pendekatan komunikasi bagi seorang pendidik.

Sebagai coach ternyata bukan hal yang mudah, diperlukan kesadaran, pemahaman, dan pengalaman. Coaching bukan semata-mata ketrampilan yang terus diasah tetapi juga merupakan seni yang membutuhkan rasa, dan karsa.

Dengan keterampilan coaching dalam berkomunikasi, murid menjadi lebih terarah dan dapat menemukan solusinya secara mandiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensinya, dan merdeka. Murid yang merdeka dalam hal ini adalah yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya, serta meningkatkan potensinya sendiri. Mereka hanya memerlukan dorongan dan tuntunan dari guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensi mereka. Saya harus mampu menuntun kekuatan kodrat murid, maka pendampingan-coaching harus dihayati dan dimaknai secara utuh.

Adanya hambatan, kendalam dalam proses coaching menjadikan tantangan tersendiri bagi coach untuk bisa merespon dengan baik, dan cepat.